V5Y

Monday, January 29, 2018

Nikmatnya Merasakan M3mek Muridku Yang Cantik

Mimpibasah - Fanny Damayanti, adalah seorang gadis dengan wajah cantik, alis matanya melengkung, dan mata indah serta jernih, dilindungi oleh bulu mata lentik, hidung mancung serasi melengkapi kecantikannya, ditambah dengan bibir mungil merah alami yang serasi pula dengan wajahnya. Rambutnya yang hitam dan dipotong pendek menjadikannya lebih menarik, kulitnya putih mulus dan terawat, badannya mulai tumbuh begitu indah dan seksi. Dia tumbuh di kalangan keluarga yang cukup berada dan menyayanginya. Usianya baru 15 tahun, kadang sifatnya masih kekanakan. Badannya tidak terlalu tinggi berkisar 155 cm, badannya ideal dengan tinggi badannya, tidak terlalu gemuk atau terlalu kurus.


Seminggu yang lalu Fanny mulai rutin mengikuti les privat Fisika di rumahku, Renne Lobo, aku seorang duda. Aku mempunyai sebuah rumah mungil dengan dua buah kamar, diantaranya ada sebuah kamar mandi yang bersih dan harum. Kamar depan diperuntukkan ruang kerja dan perpustakaan, buku-buku tersusun rapi di dalam rak dengan warna-warna kayu, sama seperti meja kerja yang di atasnya terletak seperangkat komputer. Sebuah lukisan yang indah tergantung di dinding, lukisan itu semakin tampak indah di latar belakangi oleh warna dinding yang serasi. Ruang tidurnya dihiasi ornamen yang serasi pula, dengan tempat tidur besar dan pencahayaan lampu yang membuat suasana semakin romantis. Ruang tamu ditata sangat artistik sehingga terasa nyaman.

Rumahku memang terkesan romantis dengan terdengar pelan alunan lagu-lagu cinta, Fanny sedang mengerjakan tugas yang baru kuperintahkan. Dia terlalu asyik mengerjakan tugas itu, tanpa sengaja penghapusnya jatuh tersenggol. Fanny berusaha menggapai ke bawah bermaksud untuk mengambilnya, tapi ternyata dia memegang tanganku yang telah lebih dulu mengambilnya. Fanny kaget melihat ke arahku yang sedang tersenyum padanya. Fanny berusaha tersenyum, saat tangan kirinya kupegang dan telapak tangannya kubalikkan dengan lembut, kemudian kutaruh penghapus itu ke dalam telapak tangannya.

Aku sebagai orang yang telah cukup berpengalaman dapat merasakan getaran-getaran perasaan yang tersalur melalui jari-jari gadis itu, sambil tersenyum aku berkata, "Fan, kamu tampak lebih cantik kalau tersenyum seperti itu". Kata-kataku membuat gadis itu merasa tersanjung, dengan tidak sadar Fanny mencubit pahaku sambil tersenyum senang.

"Udah punya pacar Fan?", godaku sambil menatap Fanny.
"Belum, Kak!", jawabnya malu-malu, wajahnya yang cantik itu bersemu merah.
"Kenapa, kan temen seusiamu sudah mulai punya pacar", lanjutku.
"Habis mereka maunya cuma hura-hura kayak anak kecil, caper", komentarnya sambil melanjutkan menulis jawaban tugasnya.
"Ohh!", aku bergumam dan beranjak dari tempat duduknya, mengambil minuman kaleng dari dalam kulkas.
"Minum Coca Cola apa Fanta, Fan?", lanjutku.
"Apa ya! Coca Cola aja deh Kak", sahutnya sambil terus bekerja.
Aku mambawa dua kaleng minuman dan mataku terus melihat dan menelusuri tubuh Fanny yang membelakangi, ternyata menarik juga gadis ini, badannya yang semampai dan bagus cukup membuatku bergairah, pikirku sambil tersenyum sendiri.

"Sudah Kak", suara Fanny mengagetkan lamunanku, kuhampiri dan kusodorkan sekaleng Coca-Cola kesukaan gadis itu. Kemudian aku memeriksa hasil pekerjaan itu, ternyata benar semua.
"Ahh, ternyata selain cantik kamu juga pintar Fan ", pujiku dan membuat Fanny tampak tersipu dan hatinya berbunga-bunga.

Aku yang sengaja duduk di sebelah kanannya, melanjutkan menerangkan pemecahan soal-soal lain, Bau wangi parfum yang kupakai sangat lembut dan terasa nikmat tercium hidung, mungkin itu yang membuatnya tanpa sadar bergeser semakin dekat padaku.

Pujian tadi membuatnya tidak dapat berkonsentrasi dan berusaha mencoba mengerti apa yang sedang dijelaskan, tapi gagal. Aku yang melihatnya tersenyum dalam hati dan sengaja duduk menyamping, agak menghadap pada gadis itu sehingga instingku mengatakan hatinya agak tergetar.

"Kamu bisa ngerti yang baru kakak jelaskan Fan", kataku sambil melihat wajah Fanny lewat sudut mata.
Fanny tersentak dari lamunannya dan menggeleng, "Belum, ulang dong Kak!", sahutnya. Kemudian aku mengambil kertas baru dan diletakkan di depannya, tangan kananku mulai menuliskan rumus-rumus sambil menerangkan, tangan lainnya diletakkan di sandaran kursi tempatnya duduk dan sesekali aku sengaja mengusap punggungnya dengan lembut.

Fanny semakin tidak bisa berkonsentrasi, saat merasakan usapan lembut jari tanganku itu, jantungnya semakin berdegup dengan keras, usapan itu kuusahakan senyaman dan selembut mungkin dan membuatnya semakin terlena oleh perasaan yang tak terlukiskan. Dia sama sekali tidak bisa berkonsentrasi lagi. Tanpa terasa matanya terpejam menikmati belaian tangan dan bau parfum yang lembut.

Dia berusaha melirikku, tapi aku cuek saja, sebagai perempuan yang selalu ingin diperhatikan, Fanny mulai mencoba menarik perhatianku. Dia memberanikan diri meletakkan tangan di atas pahaku. Jantungnya semakin berdegup, ada getaran yang menjalar lembut lewat tanganku.

Selesai menerangkan aku menatapnya dengan lembut, dia tak kuasa menahan tatapan mata yang tajam itu, perasaannya menjadi tak karuan, tubuhnya serasa menggigil saat melihat senyumku, tanpa sadar tangan kirinya meremas lembut pahaku, akhirnya Fanny menutup mata karena tidak kuat menahan gejolak didadanya. Aku tahu apa yang dirasakan gadis itu dengan instingku.

"Kamu sakit?", tanyaku berbasa basi. Fanny menggelengkan kepala, tapi tanganku tetap meraba dahinya dengan lembut, Fanny diam saja karena tidak tahu apa yang harus dilakukan. Aku genggam lembut jari tangan kirinya.

Udara hangat menerpa telinganya dari hidungku, "Kamu benar-benar gadis yang cantik, dan telah tumbuh dewasa Fan", gumamku lirih. pujian itu membuat dirinya makin bangga, tubuhnya bergetar, dan nafasnya sesak menahan gejolak di dadanya. Dan Fanny ternyata tak kuasa untuk menahan keinginannya meletakkan kepalanya di dadaku, "Ahh..", Fanny mendesah kecil tanpa disadari.

Aku sadar gadis ini mulai menyukaiku, dan berhasil membangkitkan perasaan romantisnya. Tanganku bergerak mengusap lembut telinga gadis itu, kemudian turun ke leher, dan kembali lagi naik ke telinga beberapa kali. Fanny merasa angan-angannya melambung, entah kenapa dia pasrah saja saat aku mengangkat dagunya, mungkin terselip hatinya perasaan ingin terus menikmati belaian-belaian lembut itu.

"Kamu memang sangat cantik dan aku yakin jalan pikiranmu sangat dewasa, Aku kagum!", kataku merayu.
Udara hangat terasa menerpa wajahya yang cantik, disusul bibir hangatku menyentuh keningnya, lalu turun pelan ke telinga, hangat dan lembut, perasaan nikmat seperti ini pasti belum pernah dialaminya. Anehnya dia menjadi ketagihan, dan merasa tidak rela untuk cepat-cepat mengakhiri semua kejadian itu.

"Ja.., jangan Kak", pintanya untuk menolak. Tapi dia tidak berusaha untuk mengelak saat bibir hangatku dengan lembut penuh perasaan menyusuri pipinya yang lembut, putih dan halus, saat merasakan hangatnya bibirku mengulum bibirnya yang mungil merah merekah itu bergeter, aku yakin baru pertama kali ini dia merasakan nikmatnya dikulum dan dicium bibir laki-laki.

Jantung di dadanya berdegup makin keras, perasaan nikmat yang menyelimuti hatinya semakin membuatnya melambung. "Uuhh..!", hatinya tergelitik untuk mulai membalas ciuman dan kuluman-kuluman hangatku.

"Aaahh..", dia mendesah merasakan remasanku lembut di payudara kiri yang menonjol di dadanya, seakan tak kuasa melarang. Dia diam saja, remasan lembut menambah kenikmatan tersendiri baginya.
"Dadamu sangat indah Fan", sebuah pujian yang membuatnya semakin mabuk, bahkan tangannya kini memegang tanganku, tidak untuk melarangnya, tapi ikut menekan dan mengikuti irama remasan di tanganku. Dia benar-benar semakin menikmatinya. Serdadukupun mulai menegang.

"Aaahh", Fanny mendesah kembali dan pahanya bergerak-gerak dan tubuhnya bergetar menandakan vaginanya mulai basah oleh lendir yang keluar akibat rangsangan yang dialaminya, hal itu membuat vaginanya terasa geli, merupakan kenikmatan tersendiri. Dia semakin terlena diantara degup-degup jantung dan keinginannya untuk mencapai puncak kenikmatan. Diimbanginya kuluman bibir dan remasan lembut di atas buah dadanya.

Saat tanganku mulai membuka kancing baju seragamnya, tangannya mencoba menahannya.
"Jangan nanti dilihat orang", pintanya, tapi tidak kupedulikan. Kulanjutkan membuka satu persatu, dadanya yang putih mulus mulai terlihat, buah dadanya tertutup bra warna coklat.

Seakan dia sudah tidak peduli lagi dengan keadaannya, hanya kenikmatan yang ingin dicapainya, dia pasrah saat kugendong dan merebahkannya di atas tempat tidur yang bersprei putih. Di tempat tidur ini aku merasa lebih nyaman, semakin bisa menikmati cumbuan, dibiarkannya dada yang putih mulus itu makin terbuka.

"Auuhh", bibirku mulai bergeser pelan mengusap dan mencium hangat di lehernya yang putih mulus. "Aaahh", dia makin mendesah dan merasakan kegelian lain yang lebih nikmat.

Aku semakin senang dengan bau wangi di tubuhnya. "Tubuhmu wangi sekali", kembali rayuan itu membuatnya makin besar kepala. Tanganku itu dibiarkan menelusuri dadanya yang terbuka. Fanny sendiri tidak kuasa menolak, seakan ada perasaan bangga tubuhnya dilihat dan kunikmati. Tanganku kini menelusuri perutnya dengan lembut, membuatnya menggelinjang kegelian. Bibir hangatku beralih menelusuri dadanya.

"Uhh.!", tanganku menarik bajunya ke atas hingga keluar dari rok abu-abunya, kemudian jari-jarinya melepas kancing yang tersisa dan menari lembut di atas perutnya. "Auuhh" membuatnya menggelinjang nikmat, perasaannya melambung mengikuti irama jari-jariku, sementara serdaduku terasa makin tegang.

Dia mulai menarik kepalaku ke atas dan mulai mengimbagi ciuman dan kuluman, seperti caraku mengulum dan mencium bibirnya. "Ooohh", terdengar desah Fanny yang semakin terlena dengan ciuman hangat dan tarian jari-jariku diatas perutnya, kini dada dan perutnya terlihat putih, mulus dan halus hanya tertutup bra coklat muda yang lembut.

Aku semakin tegang hingga harus mengatur gejolak birahi dengan mengatur pernafasanku, aku terus mempermainkan tubuh dan perasaan gadis itu, kuperlakukan Fanny dengan halus, lembut, dan tidak terburu-buru, hal ini membuat Fanny makin penasaran dan makin bernafsu, mungkin itu yang membuat gadis itu pasrah saat tanganku menyusup ke belakang, dan membuka kancing branya.
Tanganku mulai menyusup di bagian dada yang menonjol di bawah bra gadis itu, terasa kenyal dan padat di tanganku.
"Aaahh.. Uuuhh. oohh", Fanny menggelinjang gelinjang geli dan nikmat, jemari itu menari dan mengusap lembut di atas buah dadanya yang mulai berkembang lembut dan putih, seraya terus berpagutan. Dia merasa semakin nikmat, geli dan melambungkan angan-angannya.

Ujung jariku mulai mempermainkan puting susunya yang masih kecil dan kemerahan itu dengan sangat hati-hati. "Kak.. Aaahh.. uuhh.. ahh". Fanny mulai menunjukkan tanda-tanda terangsang hingga berusaha ikut membuka kancing bajuku, agak susah, tapi dia berhasil. Tangannya menyusup kebalik baju dan mengelus dadaku, sementara birahinya makin memuncak. "Ngghh.. ", vaginanya yang basah semakin membuatnya nikmat, pikirku. Fanny menurut ketika badannya diangkat sedikit, dibiarkannya baju dan branya kutanggalkan, lalu dilempar ke samping tempat tidur.

Sekarang tubuh bagian atasnya tidak tertutup apapun, dia tampak tertegun dan risih sejenak, saat mataku menelusuri lekuk tubuhnya. Di sisi lain dia merasa kagum dengan dua gunung indah yang masih perawan yang menyembul di atas dadanya, belum pernah terjamah oleh siapapun selain dirinya sendiri. Sedangkan aku tertegun sejenak melihat pemandangan di depan mataku, birahiku bergejolak kembali, aku berusaha mengatur pernafasan, karena tidak ingin melepaskan nafsu binatangku hingga menyakiti perasaan gadis cantik yang tergolek pasrah di depanku ini.

Aku mulai mengulum buah dada gadis itu perlahan, terasa membusung lembut, putih dan kenyal. Diperlakukan seperti itu Fanny menggelinjang, "Ahh.. uuhh.. aahh". Pengalaman pertamanya ini membuat angan-angannya terbang tinggi. Buah dadanya yang putih, lembut, dan kenyal itu terasa nikmat kuhisap lembut, tarian lidah diputing susunya yang kecil kemerahan itu mulai berdiri dan mengeras.

"Aaahh..!", dia merintih geli dan makin mendekap kepalaku, vaginanya mungkin kini terasa membanjir. Birahinya semakin memuncak. "Kak.. ahh, terus Kak.. ahh.. Uhh", rintihnya makin panjang. Aku terus mempermainkan buah dada gadis lugu itu dengan bibir dan lidahku, sambil membuka kancing bajuku sendiri satu persatu, kemudian baju itu kutanggalkan, terlihat dadaku yang bidang dan atletis.

Kembali ujung bibirnya kukulum, terasa geli dan nikmat. Saat Fanny akan membalas memagutnya, telapak tangannya kupegang dan kubimbing naik ke atas kepalanya. Aku mulai mencium dan menghisap lembut, dan menggigit kecil tangan kanannya, mulai dari pangkal lengan, siku sampai ujung jarinya diisap-isap. Membuatnya bertambah geli dan nikmat. "Geli.. ahh.. ohh!"
Perasaannya melambung kembali, ketika buah dadanya dikulum, dijilati dan dihisap lembut. "Uuuhh.!", dia makin mendekapkan kepalaku, itu akan membuat vaginanya geli, membuat birahinya semakin memuncak.
"Kak.. ahh, terus kak.. ahh.. sst.. uhh", dia merintih rintih dan menggelinjang, sesekali kakinya menekuk ke atas, hingga roknya tersingkap.

Sambil terus mempermainkan buah dada gadis itu. aku melirik ke paha mulus, indah terlihat di antara rok yang tersingkap. Darahku berdesir, kupindahkan tanganku dan terus menari naik turun antara lutut dan pangkal paha putih mulus, masih tertutup celana yang membasah, Aku merasakan birahi Fanny semakin memuncak. Aku terus mempermainkan buah dada gadis itu.
"Kak.. ahh, terus Kak.. ahh.. uhh", terdengar gadis itu merintih panjang. Aku dengan pelan dan pasti mulai membuka kancing, lalu menurunkan retsleting rok abu-abu itu, seakan Fanny tidak peduli dengan tindakanku itu. Rangsangan yang membuat birahinya memuncak membuatnya bertekuk lutut, menyerah.

"Jangan Kak.. aahh", tapi aku tidak peduli, bahkan kemudian Fanny malah membantu menurunkan roknya sendiri dengan mengangkat pantatnya. Aku tertegun sejenak melihat tubuh putih mulus dan indah itu. Kemudian badan gadis itu kubalikkan sehingga posisinya tengkurap, bibirku merayap ke leher belakang dan punggung.

"Uuuhh", ketika membalikkan badan, Fanny melihat sesuatu yang menonjol di balik celana dalamku. Dia kaget, malu, tapi ingin tahu. "Aaahh". Fanny mulai merapatkan kakinya, ada perasaan risih sesaat, kemudian hilang kalah oleh nafsu birahi yang telah menyelimuti perasaannya. "Ahh..", dia diam saja saat aku kembali mencium bibirnya, membimbing tangannya ke bawah di antara pangkal paha, dia kini memegang dan merasakan serdadu yang keras bulat dan panjang di balik celanaku, sejenak Fanny sejenak mengelus-elus benda yang membuat hatinya penasaran, tapi kemudian dia kaget dan menarik tangannya.

"Aaahh", Fanny tak kuberikan kesempatan untuk berfikir lain, ketika mulutku kembali memainkan puting susu mungil yang berdiri tegak dengan indahnya di atas tonjolan dada. Vaginanya terasa makin membanjir, hal ini membuat birahinya makin memuncak. "Ahh.. ahh.. teruus.. ahh.. uhh", sambil terus memainkan buah dadanya, tanganku menari naik turun antara lutut dan pangkal pahanya yang putih mulus yang masih tertutup celana. Tanpa disadarinya, karena nikmat, tanganku mulai menyusup di bawah celana dalamnya dan mengusap-usap lembut bawah pusar yang mulai ditumbuhi rambut, pangkal paha, dan pantatnya yang kenyal terbentuk dengan indahnya bergantian.

"Teruuss.. aahh.. uuhh", karena geli dan nikmat Fanny mulai membuka kakinya, jari-jari Rene yang nakal mulai menyusup dan mengelus vaginanya dari bagian luar celana, birahinya memuncak sampai kepala.
"Ahh.. terus.. ahh.. ohh", gadis itu kaget sejenak, kemudian kembali merintih rintih. Melihat Fanny menggelinjang kenikmatan, tanganku mencoba mulai menyusup di balik celana melalui pangkal paha dan mengelus-elus dengan lembut vaginanya yang basah lembut dan hangat. Fanny makin menggelinjang dan birahinya makin membara. "Ahh.. teruuss ooh", Fanny merintih rintih kenikmatan.

Aku tahu gadis itu hampir mencapai puncak birahi, dengan mudah tanganku mulai beraksi menurunkan celana dalam gadis itu perlahan. Benar saja, Fanny membiarkannya, sudah tidak peduli lagi bahkan mengangkat pantat dan kakinya, sehingga celana itu terlepas tanpa halangan.

Tubuh gadis itu kini tergolek bugil di depan mataku, tampak semakin indah dan merangsang. Pangkal pahanya yang sangat bagus itu dihiasi bulu-bulu lembut yang mulai tumbuh halus. Vaginanya tampak kemerahan dan basah dengan puting vagina mungil di tengahnya. Aku terus memainkan puting susu yang sekarang berdiri tegak sambil terus mengelus bibir vagina makin membanjir. "Kak.. ahh, terus Kak.. ahh.. uhh".

Vagina yang basah terasa geli dan gatal, nikmat sampai ujung kepala. "Kak.. aahh", Fanny tak tahan lagi dan tangannya menyusup di bawah celana dalamku dan memegang serdadu yang keras bulat dan panjang itu. Fanny tidak merasa malu lagi, bahkan mulai mengimbangi gerakanku.

Aku tersenyum penuh kemenangan melihat tindakan gadis itu, secara tidak langsung gadis itu meminta untuk bertindak lebih jauh lagi. Aku melepas celana dalamku, melihat serdaduku yang besar dan keras berdiri tegak dengan gagahnya, mata gadis itu terbelalak kagum.

Sekarang kami tidak memakai penutup sama sekali. Fanny kagum sampai mulutnya menganga melihat serdadu yang besar dan keras berdiri tegak dengan gagahnya, baru pertama kali dia melihat benda itu. Vaginanya pasti sudah sangat geli dan gatal, dia tidak peduli lagi kalau masih perawan, kemudian telentang dan pelan-pelan membuka leber-lebar pahanya.

Sejenak aku tertegun melihat vagina yang bersih kemerahan dan dihisi bulu-bulu yang baru tumbuh, lubang vaginanya tampak masih tertutup selaput perawan dengan lubang kecil di tengahnya.

Fanny hanya tertegun saat aku berada di atasnya dengan serdadu yang tegak berdiri. Sambil bertumpu pada lutut dan siku, bibirku melumat, mencium, dan kadang menggigit kecil menjelajahi seluruh tubuhnya. Kuluman di puting susu yang disertai dengan gesekan-gesekan ujung burung ke bibir vaginanya kulakukan dengan hati-hati, makin membasah dan nikmat tersendiri. "Kak.. ahh, terus ssts.. ahh.. uhh", birahinya memuncak bisa-bisa sampai kepalanya terasa kesemutan, dipegangnya serdaduku. "Ahh" terasa hangat dan kencang.

"Kak.. ahh!", dia tak dapat lagi menahan gejolak biraninya, membimbing serdaduku ke lubang vaginanya, dia mulai menginginkan serdaduku menyerang ke lubang dan merojok vaginanya yang terasa sangat geli dan gatal. "Uuuhh.. aahh", tapi aku malah memainkan topi baja serdaduku sampai menyenggol-nyenggol selaput daranya. "Ooohh Kak masukkan ahh", gadis itu sampai merintih rintih dan meminta-minta dengan penuh kenikmatan.

Dengan hati-hati dan pelan-pelan aku terus mempermainkan gadis itu dengan serdaduku yang keras, hangat tapi lembut itu menyusuri bibir vagina.
"Ooohh Kak masukkan aahh", di sela rintihan nikmat gadis itu, setelah kulihat puting susunya mengeras dan gerakannya mulai agak lemas, serdadu mulai menyerang masuk dan menembus selaput daranya, Sreetts "Aduuhh.. aahh", tangannya mencengkeram bahuku. Dengan begitu, Fanny hanya merasa lubang vaginanya seperti digigit nyamuk, tidak begitu sakit, saat selaput dara itu robek, ditembus serdaduku yang besar dan keras. Burungku yang terpercik darah perawan bercampur lendir vaginanya terus masuk perlahan sampai setengahnya, ditarik lagi pelan-pelan dan hati-hati. "Ahh", dia merintih kenikmatan.

Aku tidak mau terburu-buru, aku tidak ingin lubang vagina yang masih agak seret itu menjadi sakit karena belum terbiasa dan belum elastis. Burung itu masuk lagi setengahnya dan.. Sreets "Ohh..", kali ini tidak ada rasa sakit, Fanny hanya merasakan geli saat dirasakan burung itu keluar masuk merojok vaginanya. Fanny menggelinjang dan mengimbangi gerakan dan mendekap pinggangnya.

"Kak.. ahh, terus Kak.. ohh.. uhh", serdaduku terus menghunjam semakin dalam. Ditarik lagi, "Aaahh", masuk lagi. "Ahh, terus.. ahh.. uhh", lubang vagina itu makin lama makin mengembang, hingga burung itu bisa masuk sampai mencapai pangkalnya beberapa kali. Fanny merasakan nikmat birahinya memuncak di kepala, perasaannya melayang di awan-awan, badannya mulai bergeter getar dan mengejang, dan tak tertahankan lagi. "Aaahh, oohh, aahh" vaginanya berdenyut-denyut melepas nikmat. Dia telah mencapai puncak orgasme, kemudian terlihat lega yang menyelimuti dirinya.

Melihat Fanny sudah mencapai orgasme, aku kini melepas seluruh rasa birahi yang tertahan sejak tadi dan makin cepat merojok keluar masuk lubang vagina Fanny, "Kak.. ahh.. sst.. ahh.. uhh", Fanny merintih dan merasakan nikmat birahinya memuncak kembali. Badannya kembali bergetar dan mengejang, begitu juga denganku.
"Ahh.. oohh.. ohh.. aahh!", kami merintih rintih panjang menuju puncak kenikmatan. Dan mereka mencapai orgasme hampir bersamaan, terasa serdadu menyemburkan air mani hangat ke dalam vagina gadis itu yang masih berdenyut nikmat.

Aku mengeluarkan serdadu yang terpercik darah perawan itu pelan-pelan, berbaring di sebelah Fanny dan memeluknya supaya Fanny merasa aman, dia tampak merasa sangat puas dengan pelajaran tahap awal yang kuberikan.
"Bagaimana kalau Fanny hamil Kak", katanya sambil sudut matanya mengeluarkan air mata.
Sesaat kemudian aku dengan sabar menjelaskan bahwa Fanny tidak mungkin hamil, karena tidak dalam masa siklus subur, berkat pengalamanku menganalisa kekentalan lendir yang keluar dari vagina dan siklus menstruasinya.

====================================================================================

DATUK99.NET
SATU SATUNYA SITUS YANG DILENGKAPI DENGAN DETECTOR ANTI BOT
TUNGGU APALAGI SEGERA DAFTAR DI DATUK99.NET
KENYAMANAN DAN KEMANAN USER ID ANDA KAMI JAMIN 100%

====================================================================================

Fanny semakin merasa lega, aman, merasa disayang. Kejadian tadi bisa berlangsung karena merupakan keinginan dan kerelaannya juga. Diapun bisa tersenyum puas dan menitikkan air mata bahagia, kemudian tertidur pulas dipelukanku yang telah menjadikannya seorang perempuan.

Bangun tidur, Fanny membersihkan badan di kamar mandi. Selesai mandi dia kembali ke kamar, dilepasnya handuk yang melilit tubuhnya, begitu indah dan menggairahkan sampai-sampai aku tak berkedip memandangnya. Diambilnya pakaian yang berserakan dan dikenakannya kembali satu persatu. Kemudian dia pamit pulang dan mencium pipiku
Share:

Thursday, January 25, 2018

Foto Seksi Nuna








====================================================================================

DATUK99.NET
SATU SATUNYA SITUS YANG DILENGKAPI DENGAN DETECTOR ANTI BOT
TUNGGU APALAGI SEGERA DAFTAR DI DATUK99.NET
KENYAMANAN DAN KEMANAN USER ID ANDA KAMI JAMIN 100%

====================================================================================





Share:

Tak Sengaja Ku Perkosa Kakak Dari Pacarku

Mimpibasah - Siang itu, tiba-tiba ponselku berbunyi, suara merdu dari seberang sana memanggil.



“Hallo Dre, kamu ke rumahku duluan deh sana, aku masih ada meeting nih. Dari pada kamu nanti kena macet di jalan, mendingan kamu jalan dulu aja gih sana”
“Oke deh kalo gitu, aku menuju rumah kamu sekarang ya. Kamu meeting sampai jam berapa?”
“Mungkin sore udah kelar, tunggu aja di rumah”

Berangkatlah aku mengendarai motor kesayanganku menuju ke sebuah rumah di salah satu kompleks di Jakarta. Marwa saat ini kariernya sedang naik daun, dan dia banyak melakukan meeting akhir-akhir ini. Aku sendiri juga sudah punya posisi lumayan di kantor. Hanya saja, kemacetan di kota ini begitu parah, jadi lebih baik naik motor saja dari pada pakai mobil. Marwa pun tak keberatan mengarungi pelosok-pelosok kota naik motor bersamaku.

Kebetulan, pekerjaanku di sebuah biro iklan membuat aku bisa pulang di tengah hari, tapi bisa juga sampai menginap di kantor jika ada proyek yang harus digarap habis-habisan. Marwa, pacarku, mendapat fasilitas antar jemput dari kantornya. Jadi, aku bisa tenang saja pergi ke rumahnya tanpa perlu menjemputnya terlebih dulu.

Sesampai di rumah Marwa, pagar rumahnya masih tertutup walau tidak terkunci. Aku mengetok pagar, dan keluarlah Sahwa, kakak Marwa, untuk membukakan pintu.

“Lho kamu ga kerja?” tanyaku.
“Ga, aku izin dari kantor mau ngurus paspor” jawabnya sambil membuka pintu pagarnya yang berbentuk rolling door lebar-lebar agar motorku masuk ke dalam.
“Tante ke mana kog sepi?” tanyaku lagi.
“Dia lagi ke rumah temannya, ngurusin arisan” jawab Sahwa.
“Kamu mau duduk di mana Fa? Di dalam nonton TV juga boleh, atau kalau mau di teras ya enggak apa juga. Bentar yah, saya ambilin minum” ucap Sahwa.

Setelah motor parkir di dalam pekarangan rumah, kututup pagar rumahnya. Aku memang akrab dengan kak Sahwa ini, umurnya hanya selisih sekitar dua tahun dari umurku ya jadinya aku panggil dia dgn sebutan namanya aja tanpa ada embel embel kakak. Aku memilih menunggu di teras saja, canggung juga rasanya duduk nonton TV bersama Sahwa, apalagi dia cuma pakai celana pendek dan kaos oblong.

Setelah beberapa lama menunggu Marwa di teras rumah, aku celingukan ke kanan ke kiri tak tahu mau ngapain. Iseng, aku melongok ke ruang tamu, hendak melihat acara televisi. Wah, tak sengaja mataku malah terpana pada paha yang putih mulus dengan kaki menjulur ke depan. Kaki Sahwa ternyata sangat mulus, kulitnya putih menguning.

Posisi Sahwa saat itu sedang menonton TV di lantai dengan kaki berjelonjor ke depan. Kadang dia duduk bersila. Baju kaosnya yang tipis khas kaos rumah menampakkan tali-tali BH yang bisa kutebak berwarna putih. Aku hanya berani sekali-kali mengintip dari pintu yang membatasi teras depan dengan ruang tamu, setelah itu barulah ruang nonton TV. Kalau aku melongokkan kepalaku semua, bisa langsung terlihatlah wajahku.

Tapi lama kelamaan ada keinginan untuk melihat dari dekat paha itu, biar hanya sepintas. Aku berdiri.

“Sahwa, ada koran ga sih?” tanyaku sambil berdiri memasuki ruang tamu.
“Coba cari aja di bawah meja” katanya sambil lalu.

Saat mencari-cari koran itulah kugunakan waktu untuk melihat paha dan postur tubuh Sahwa dari dekat. Ah, putih mulus semua. Ukuran toketnya pun pas dengan tubuhnya. Tingginya sekitar 160 cm dengan tubuh langsing terawat, dan toketnya kukuh melekat di tubuh dengan pasnya.

“Aku menginginkan toket itu” kataku membatin. Aku membayangkan Sahwa dalam keadaan telanjang. Ah, spontan saja tongkolku bergerak melawan arah gravitasi.

“He Rafa…!!! Kok kamu ngeliatin aku sampai segitunya sih, aku bilangin Marwa baru tau rasa kamu” kata Sahwa menghardik.

Aku hanya terbengong-bengong mendengar hardikannya. Aku tak sanggup berucap walau hanya untuk membantah. Bibirku membeku, malu, takut Sahwa akan mengatakan ini semua ke Marwa.

“Kog kamu melotot begitu, mau ngancem?! Hah!”
“Astaga, Sahwa, kamu salah sangka,” kataku tergagap. Jawabanku yang penuh kegamangan itu malah membuat Sahwa makin naik pitam.
“Lihat saja nanti pasti kubilangin ke Marwa kamu!” katanya setengah berteriak. Tiba-tiba saja Sahwa berubah menjadi sangar. Kekalemannya seperti hilang dan barangkali dia merasa harga dirinya dilecehkan. Perasaan yang wajar kupikir-pikir.
“Jangan Sahwa please…aku minta maaf, aku benar-benar ga sengaja…aku ga punya maksud apa-apa,” aku sedikit memohon. Tapi Sahwa malah tambah marah bercampur panik saat aku mendekatinya.

“Kamu mau ngapain kesini, Keluar kamu!” katanya garang. Situasi yang mencekam ini rupanya membuatku secara tidak sengaja mendekatinya ke ruang tamu, dan itu malah membuatnya panik.
“Duh, Sahwa, maaf banget nih. Aku ga ada maksud apa-apa, beneran,” kataku.

Namun, situasi telah berubah, Sahwa malah menganggapku sedang mengancamnya. Dia mendorong dadaku dengan keras. Aku kehilangan keseimbangan, aku tak ingin terjatuh ke belakang, kuraih tangannya yang masih tergapai saat mendorongku. Raihan tangan kananku rupanya mencengkeram erat di pergelangan tangan kirinya. Tubuhnya terbawa ke arahku tapi tak sampai terjatuh, aku pun berhasil menjaga keseimbangan. Namun, keadaan makin runyam.

“Eh! kamu kok malah menarik tanganku sih… Mau ngapain kamu? Lepasin enggak!!” kata Sahwa.

Entah mengapa, tangan kananku tidak melepaskan tangan kirinya. Mungkin aku belum sempat menyadari situasinya. Merasa terancam, Sahwa malah sekuat tenaga melayangkan tangan kanannya ke arah mukaku, hendak menampar. Aku lebih cekatan. Kutangkap tangan kanan itu, kedua tangannya sudah kupegang tanpa sengaja. Kudorong dia dengan tubuhku ke arah sofa di belakangnya, maksudku hanya berusaha untuk menenangkan dia agar tak mengasariku lagi. Tak sengaja, aku justru menindih tubuh mulus itu.

Sahwa jatuh terduduk di sofa, sementara aku terjerembab di atasnya. Untung saja lututku masih mampu menahan pinggulku, namun tanganku tak bisa menahan bagian atas tubuhku karena masih mencengkeram dan menekan kedua tangannya ke sofa. Jadilah aku menindihnya dengan mukaku menempel di pipinya. Tercium aroma wangi dari wajahnya, dan tak tertahankan, sepersekian detik bibirku mengecup pipinya dengan lembut.

Tak ayal, saat itu pula Sahwa meronta sambil berteriak,

“Lepasin! Lepasin!” dengan paraunya. Waduh, runyam banget kalau terdengar tetangga. Yang aku lakukan hanya refleks menutup mulutnya dengan tangan kananku. Sahwa berusaha memekik, namun tak bisa. Yang terdengar hanya, “Hmm!” saja. Namun, tangannya sebelah kiri yang terbebas dari cengkeramanku justru bergerak liar, ingin menggapai wajahku.

Tanpa sadar posisiku ini benar-benar seperti berniat memperkosa Sahwa. tapi Sahwa sepertinya pantas untuk diperkosa. Separuh tubuhnya telah kutindih. Dia terduduk di sofa, aku di atasnya dengan posisi mendudukinya namun berhadapan. Kakinya hanya bisa meronta namun tak akan bisa mengusir tubuhku dari pinggangnya yang telah kududuki. Tangan kanannya masih dalam kondisi tercengkeram dan ditekan ke sofa, tangan kirinya hanya mampu menggapai-gapai wajahku tanpa bisa mengenainya, mulutnya tersekap.

Tubuh yang putih itu dengan lehernya yang jenjang dan sedikit muncul urat-urat karena usaha Sahwa untuk memekik, benar-benar membuatku dilanda nafsu tak kepalang. Aku berpikir bagaimana memperkosanya tanpa harus melakukan berbagai kekerasan seperti memukul atau merobek-robek bajunya. Dasar otak udah kepalang nafsu dan beberapa detik kemudian aku mendapatkan caranya.

Tanpa Sahwa duga, secepat kilat kulepas cengkeraman tanganku dari tangan dan mulutnya, namun belum sempat Sahwa bereaksi, kedua tanganku sudah mencengkeram erat lingkaran celana pendeknya dari sisi kiri dan kanan, tubuhku meloncat mundur ke belakang.

Kaki Sahwa yang meronta-ronta terus ternyata mempermudah usahaku, kutarik sekeras-kerasnya dan secepat-cepatnya celana pendek itu beserta celana dalamnya yg berwarna pink. Karena kakinya meronta terus, tak sengaja dia telah mengangkat pantatnya saat aku meloncat mundur. Celana pendek dan celana dalam pink itu pun lolos dengan mudahnya sampai melewati dengkul Sahwa.

Dan… Berhasil!

Sahwa kini jadi setengah bugil. Sahwa pun sempat terkejut dan terdiam melihat situasi ini. Kugunakan kelengahan itu untuk meloloskan sekalian celana pendek dan celana dalamnya dari kakinya, dan kulempar jauh-jauh. Sahwa tersadar, dia hendak memekik dan meronta lagi, namun aku telah sigap. Kali ini kubekap lagi mulutnya, dan kususupkan tubuhku di antara kakinya. Posisi kaki Sahwa jadi menjepit tubuhku, karena dia sudah tak bercelana, aku bisa melihat mekinya dengan kelentit yang cukup jelas. Jembutnya hanya menutupi bagian atas mekinya. Sahwa ternyata rajin merawat alat genitalnya.

Pekikan Sahwa berhasil kutahan. Sambil kutekan kepalanya di sandaran sofa, aku berbisik,

“Sahwa sayang, kamu sudah kayak gini, kalau kamu teriak-teriak dan orang-orang pada dateng, mereka ga bakalan percaya kalo kamu kuperkosa yg mereka tau kita melakukan atas dasar suka sama suka”

Sahwa tiba-tiba melemas. Dia menyadari keadaan yang saat ini berbalik tak menguntungkan buatnya. Kemudian dia hanya menangis terisak. Kubuka bekapanku di mulutnya, Sahwa cuma berujar sambil mengisak,

“Rafa, please.. jangan diapa-apain aku…ampun Fa aku janji deh ga bakalan bilang sama Marwa…beneran…”

Namun, keadaan sudah kepalang basah, syahwatku pun sudah di ujung tanduk rasanya. Aku menjawabnya dengan berusaha mencium bibirnya, namun dia memalingkan mukanya. Tangan kananku langsung saja menelusup ke selangkangannya. Sahwa tak bisa mengelak. Ketika tanganku menyentuh halus permukaan mekinya, saat itulah titik balik segalanya. Sahwa seperti terhipnotis, tak lagi bergerak, hanya menegang kaku, kemudian mendesis halus tertahan. Dia pun pasti tak sengaja mendesah.

Seperti mendapat angin, kumainkan jari tengah dan telunjukku di mekinya, kumainkan juga kelentitnya dengan ujung-ujung jari tengahku. Sahwa berusaha berontak, namun setiap jariku bergerak dia mendesah. Desahannya makin sulit ditutupi saat jari tengahku masuk untuk pertama kali ke dalam mekinya. Kukocokkan perlahan lubang mekinya dengan jari tengahku, sambil kucoba untuk mencumbu lehernya.

“Jangan Fa…please hentikan…” pintanya, namun dia tetap mendesah, lalu memejamkan mata, dan menengadahkan kepalanya ke langit-langit, membuatku leluasa mencumbui lehernya. Dia tak meronta lagi, tangannya hanya terkulai lemas. Sambil kukocok mekinya dan mencumbui lehernya, aku membuka resleting celanaku. Batnag tongkolku ini memang sudah menegang sempurna sedari tadi, namun tak sempat kuperlakukan dengan selayaknya. Karena tubuhku telah berada di antara kakinya, mudah bagiku untuk mengarahkan btanag tongkolku ke lubang mekinya.

Terlihat Sahwa sebetulnya masih dalam pergulatan batin. Dia tak bisa mengelak terjangan-terjangan nafsunya saat mekinya dipermainkan, namun ia juga tak ingin kehilangan harga diri. Jadilah dia sedikit meronta, menangis, namun juga mendesah-desah tak karuan. Aku bisa membaca situasi ini karena dia tetap berusaha memberontak, namun mekinya malah makin basah. Ini tanda dia tak mampu mengalahkan rangsangan.

Tanpa berlama- lama kuarahkan batang tongkolku ke lubang mekinya yg tekah basah, saat kepala tongkolku bersentuhan dengan mekinya, Sahwa masih sempat berusaha berkelit. Namun, itu semua sia-sia karena tanganku langsung memegangi pinggulnya. Dan, kepala tongkolku pun masuk perlahan. Meki Sahwa seperti berkontraksi. Sahwa tersadar,

“Jangaaaaannnn….” teriaknya atau terdengar seperti rintihan.

Rasa hangat langsung menyusupi kepala tongkolku. Kutekan sedikit lebih keras, Sahwa sedikit menjerit, setengah batang tongkolku telah masuk. Dan satu sentakan berikutnya, seluruh batang tongkolku telah ada di dalam mekinya. Sahwa hanya memejamkan mata dan menengadahkan muka saja. Ia sedang mengalami kenikmatan tiada tara sekaligus perlawanan batin tak berujung. Kugoyangkan perlahan pinggulku, batang tongkolku keluar masuk dengan lancarnya. Terasa meki Sahwa mengencang beberapa saat lalu mengendur lagi.

Tanganku mulai bergerilya ke arah toketnya. Sahwa masih mengenakan kaos rumah. Tak apa, toh tanganku bisa menyusup ke dalam kaosnya dan menyelinap di balik BH dan mendapati onggokan daging yang begitu kenyal dengan kulit yang terasa begitu halus. Toket Sahwa begitu pas di tanganku, tidak terlalu besar tapi tidak juga bisa dibilang kecil. Kuremas perlahan, seirama dengan genjotan batang tongkolku ke mekinya. Sahwa hanya menoleh ke kanan dan ke kiri, tak mampu melakukan perlawanan. Pinggulnya ternyata mulai mengikuti goyangan pinggulku.

Aku buka kaos Sahwa, kemudian BH-nya, Sahwa pun menurut. Pemandangan setelah itu begitu indah. Kulit tubuh Sahwa putih menguning langsat dengan toket yang kencang dan lingkaran di sekitar pentilnya berwarna merah jambu Pentil itu sendiri berwarna merah kecokelatan. Tak menunggu lama, kubuka kemejaku. Aktivitas ini kulakukan sambil tetap menggoyang lembut pinggulku, membiarkan tongkolku merasai seluruh relung meki Sahwa.

Sambil aku bergoyang, aku mengulum pentilnya dengan lembut. Kumainkan pentil sebelah kanannya dengan lidahku, namun seluruh permukaan bibirku membentuk huruf O dan melekat di toketnya. Ini semua membuat Sahwa mendesah lepas, tak tertahan lagi.

Aku mulai mengencangkan goyanganku. Sahwa mulai makin sering menegang, dan mengeluarkan rintihan,

“Aaaahhhh….ssstthhh…ooohhhh…”

Dalam goyangan yang begitu cepat dan intens, tiba-tiba kedua tangan Sahwa yang sedang mencengkeram jok kursi malah menjambak kepalaku.”Aaahhhhh….” lenguhan panjang dan dalam keluar dari mulut mungil Sahwa. Ia sampai pada puncaknya. Lalu tangan-tangan yang menjambak rambutku itu pun terkulai lemas di pundakku. Aku makin intens menggoyang pinggulku. Kurasakan tongkolku berdenyut makin keras dan sering.


====================================================================================

DATUK99.NET
SATU SATUNYA SITUS YANG DILENGKAPI DENGAN DETECTOR ANTI BOT
TUNGGU APALAGI SEGERA DAFTAR DI DATUK99.NET
KENYAMANAN DAN KEMANAN USER ID ANDA KAMI JAMIN 100%

====================================================================================
Bibir Sahwa yang tak bisa menutup karena menahan kenikmatan itu pun kulumat, dan tidak seperti sebelum-sebelumnya, kali ini Sahwa membalasnya dengan lumatan juga. Kami saling berpagut mesra sambil bergoyang. Tangan kananku tetap berada di toketnya, meremas-remas, dan sesekali mempermainkan putingnya.

Meki Sahwa kali ini cukup terasa mencengkeram batang tongkolku, sementara denyut di batang tongkolku pun semakin hebat.

“Ooooohhh…..” aku mengejang. Satu pelukan erat, dan sentakan keras, batang tongkolku menghujam keras ke dalam meki Sahwa, mengiringi muncratnya spermaku ke dalam liang rahimnya.

Tepat saat itu juga Sahwa memelukku erat sekali, mengejang, dan menjerit,

“Aaaauuugghhh…..” Kemudian pelukannya melemas. Dia mengalami ejakulasi untuk kedua kalinya, namun kali ini berbarengan dengan ejakulasiku. Sahwa terkulai di sofa, dan aku pun tidur telentang di karpet. Aku telah memperkosanya. Sahwa awalnya tak terima, namun sisi sensitif yang membangkitkan libidonya tak sengaja kudapatkan, yaitu usapan di mekinya.

Ternyata, dia sudah pernah bercinta dengan kekasihnya terdahulu. Dia hanya tak menyangka, aku sebagai pacar adiknya malah menjadi orang kedua yang menyetubuhinya.

Grreekk. Tiba-tiba terdengar suara pagar dibuka. Marwa datang! Astaga! aku dan Sahwa masih bugil di ruang tamu, dengan baju dan celana yang terlempar berserakan.

Selesai.
Share:

Monday, January 22, 2018

Foto Seksi Aum







====================================================================================

DATUK99.NET
SATU SATUNYA SITUS YANG DILENGKAPI DENGAN DETECTOR ANTI BOT
TUNGGU APALAGI SEGERA DAFTAR DI DATUK99.NET
KENYAMANAN DAN KEMANAN USER ID ANDA KAMI JAMIN 100%

====================================================================================





Share:

Sunday, January 21, 2018

Ngentot Dengan Tanteku Di Dapur

Mimpibasah - Namaku Farel, Usiaku 27 tahun. Cerita seksku gak bakal terlupakan saat aku masih duduk di bangku sekolah. Waktu aku SMK dulu aku di titipkan di rumah Tante Indri, Tante Indri ini adalah adek dari Ibuku Kandung, Dia cantik dan tubuhnya seksi bikin semua pria yang liat pasti pengen segera berhubungan seks dengannya begitu pun aku.


Tanteku Indri udah gak punya suami, dia bercerai tiga tahun yang lalu, dia di rumah dengan anak-anaknya dan dia adalah sosok perempuan yang bekerja keras, Dia mempunyai toko Butik di daerah Bandung. Anaknya dua anak pertama udah SMP kelas satu dan yang kedua masih SD kelas tiga. Meskipun umurnya sekitar 38 tahun, tanteku ini masih saja kelihatan seksi. Dia merawat tubuhnya dan dia suka olahraga senam.

Buah dadanya besar, pinggulnya yang bahenol perutnya kecil aduh deh pokoknya. Dan gak kelihatan sama sekali kalau dia mempunyai anak dua. Kejadian seksku dengan Tanteku sendiri dengan keadaan tidak di sengaja, Saat itu anak-anaknya pada masih sekulah dan Tanteku lagi di dapur sedang masak, kebetulan hari itu aku pulang sekulah lebih awal karena bapak ibu guruku sedang ada rapat. Saat itu Tanteku di rumah tokonya sedang libur, karena depan tokonya lagi ada perbaikan jalan.

Sepulang sekolah aku melihat Tante Indri sedang masak didapur, dia sedang asyik memasak. Lalu aku tanya kepada Tante Indri,

“Tante Indri, belum belum matang ya masakanya,?” tanyaku sambil nahan lapar.

“Belum Rel, sabar bentar ya, ini Mbak yem (pembantu tanteku) Izin pulang tadi pagi, jadi aku yang masak dan masak seadanya, masalhnya tadi gak belanja,” Jawab Tante Indri.

Aku melihat tanteku sedang masak sampai di ngeluarin keringat banyak, Entah kenapa aku tiba-tiba saat memandang Tanteku beda, dia malah kelihatan cantik sekali di hadapanku. Saat itu dia hanya menggunakan kaos pendek dan celana pendek jadi pinggul dan Buah dadanya kelihatan menonjol sekali dan gede, sampai kalau aku memndangnya dari belakang pinggulnya kelihatan seksi dan gede. Disitu dipikiraku kotor sekali.

‘Ada yang saya Bantu Tante,? “tawaranku.

“ Iya boleh sini,,,” Tanteku.

Aku berjalan menuju dapur eh tiba-tiba keran yang buat cuci piring terlepas, padahal tidak di pakai. Langsung air itu ternyata menyemprot Tanteku sampai sebagian bajunya basah dan airnya deras sekali karena Tante indri di sebelahnya, lalu Tanteku minta tolong sambil aku jalan menuju dapur,

“Auu Rel,,,gimana nih,,? Tante Indri sambil panik.

Dan Tante Indri sambil membungkuk karena tanganya harus menutup saluran air tadi yang bocor atau terlepas. Terlihat sekali dari belakang dan baju celananya hampir basah kuyup, dan sesekali aku memandang pantatnya yang guedee. Sampai celana dalamnya terlihat lebih jelas karena celananya yang sedeikit basah.


====================================================================================

DATUK99.NET
SATU SATUNYA SITUS YANG DILENGKAPI DENGAN DETECTOR ANTI BOT
TUNGGU APALAGI SEGERA DAFTAR DI DATUK99.NET
KENYAMANAN DAN KEMANAN USER ID ANDA KAMI JAMIN 100%

====================================================================================
Lalu aku membantu dan menutup saluran air itu pakai tanganku. Tanpa aku sadar aku memeluknya dari belakang dan aku tidak bisa membayangkan itu, karena penisku yang nempel pada pantatnya tiba-tiba penisku terbangun. Hingga pikiran kotorku mulai lagi.

“Gimana ini Rel,?” tanya Tanteku, dan aku masih memeluknya dari belakang.

“aku juga bingung Tante,”. Jawabku.

Saat itu, terkadang Tanteku sedikit bergerak lalu penisku yang nempel di pahanya semakin keras dan tegak, dan aku tidak bisa menahan nafsu birahiku. Aku mencoba melepas tanganku yang satu dari saluran itu dan aku gak bisa nahan nafsuku lalu aku bergeser di sebelah Tanteku,

“Waduh gak ada yang bisa buat nutup Tante, apa aku carikan bentar ya,” Aku.

“Ya sana cepetan, Tante sudah capek ni nutupin kayak gini terus,” jawab Tante.

Kemudian tanpa pikir panjang, aku memeluknyadari belakang dan langsung meremas remas pahanya dan celana berusaha aku lepaskan. karena Tante Indri pakai celana leging jadi aku melepaskan celananya mudah sekali dan basah kuyup oleh air,

“Ehh..jangan kurangajar kamu Rel,” Ujar Tante Indri.

Tanpa sadar Tante Indri melepas pegangan tanganya yang disaluran air untuk menahan tanganku yang masih berusaha melepaskan celana dalamnya. Air sampai menyembur lagi.

“Tolong Rel jangann.. aku ini Tantemu”.

Aku bringas tanpa mengenal bahwa yang aku ginikan bahwa ini tanteku sendiri, dan aku melepas celananya sampai celana dalamnya aku lepas juga. setelah aku lepasi celananya aku langsung jongkok. Aku lalu merema-remas pantatnya yang besar dan mencari liang senggamanya. Lalu aku jilati pakai lidahku sampai menyentuh memeknya.

“Auuuhhhhhh.. Rel.. aaaaahh..”.

“Ternyata membuat Tanteku bergairah,” Dalam hatiku..

kakinya aku lebarkan sedikit biar aku leluasa menciumi atau menjilati memeknya, semaki jilatanku sampai klitorisnya pun aku mainkan pakai jilatanku yang hebat membuat tanteku bergairah hebat, dan tanteku tidak ada kata-kata penolakan atau menolak saat aksiku ini. yang ada malah tubuhnya semakin di gerakan oleh Tante Indri mungki udah terangsang hebat, dan tanteku merintih,

“Ahhhhhhhhhhh.. aouhh.. Rel ..Ohhhhhhh rintihan keras, rupanya tanteku ternyata mencapai orgasme.

Tubuhnya langsung bergerak hebat dan tanpa disengaja pegangannya di saluran air terlepas.

karena udah tidak ada penolakan terhadapku, lalu aku bermaksud menutup saluran air itu pakai plastik. Akhirnya aku tutup pakai plastik dan agak mending airnya cuma menetes tidak terlalu kencang. Lalu aku mulai aksiku lagi terhadap Tante Indri, aku dekati dan kuciumi lehernya, lalu kuciumi mulutnya yang merah, sambil tanganku meremas-remas buah dadanya yang besar, setelah aku ciumi lehernya aklu lepaskan bajunya yang basah dan Bhnya, aku langsung bringas menciumi menjilat putingnya yang besar dan kukulum-kulum sampai Tante Indri merintih lirih,

“Oohhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh.,”

Rintihan Tante Indri membuatku gak sabar, langsung keadaan masih berdiri aku suruh Tante indri duduk di atas atau tempat masak, aku singkirkan panci-panci dan perlengkapan masak lainya, dan sudah selesai menyingkirkan perlengkapan masak aku nyuruh Tante Indri duduk, dan ku lebarkan kedua kakinya, lalu aku masukkan batang penisku ke rumah memeknya Tante Indri dan akhirnya ,

“Blesssssssssssssssssssssss”

Aku masukan batang penisku dan rasanya hangat dan kenyal sekali.

Lalu aku memulai gerakanku maju mundur sambil tanganku yang kiri meremas buah dadanya Tante Indri,

“Aahhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh..terus sayang..yang cepat aouhh.. ahh.. terus sayang” Tante Indri mendesah keenakan.

Dan aku masih menggerakan gaya mundurku terus dan sampai agak keras dikit, setelah
kira-kira 15 menitan aku mau menuju kenikmatan atau menuju klimaks, gerakanku semakin hebat lagi dan keras sekali aku mencium bibirnya hingga aku gigit bibinya yang seksi dan tanganaku sambil meremas buah dadanya dan,

“Ahhhhhhhhhhh.. oooooooohh..” erang tanteku,

Ciumanku sampai terlepas dan,

“Ahhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh……Crotttttttttttttttttttttttttttttt..crotttttttttttttttttttttttt…crotttttttttttttttttttttttttttt”

Keluar air maniku sampai membanjiri memeknya Tante Indri saat aku mau klimaks sampai mencengkeram bahuku karena gerakanku yang sangat keras dan hebat.

Akhirnya kami berdua terkulai lemas. Kudiamkan dulu penisku yang masih ada didalam memeknya. Dan kulihat sedikit lelehan air maniku yang keluar dari memeknya Tante Indri.

Akhirnya kami tersadar dari dosa, tanteku mendorongku.

“Kamu nakal Rel, berani sekali kamu berbuat seperti ini denganku,”.

“Tapi Tante kan juga menikmatinya,? jawabku.

Tanpa berkata apa-apa, dia kemudian turun, lalu memakai celana dalamnya yang basah kemudian berlalu kekamar mandi. Aku berusaha mengejarnya tapi dia sudah lebih dulu masuk kamar mandi dan menguncinya.
Share:

Saturday, January 20, 2018

Kumpulan TOGE Bugil






====================================================================================

DATUK99.NET
SATU SATUNYA SITUS YANG DILENGKAPI DENGAN DETECTOR ANTI BOT
TUNGGU APALAGI SEGERA DAFTAR DI DATUK99.NET
KENYAMANAN DAN KEMANAN USER ID ANDA KAMI JAMIN 100%

====================================================================================






Share: